Wilujeung Sumping

Minggu, 04 Desember 2011

Mengapa Indonesia tidak mengalami krisis keuangan seperti di Negara-negara di Eropa dan Amerika?

Perekonomian dunia saat ini sedang dihantui oleh krisis keuangan yang melanda Eropa dan Amerika Serikat (AS). Beberapa Negara diantaranya dinilai mengalami krisis berat, dan ada yang sudah sangat akut. Dampaknya krisis keuangan pada keseluruhan dinamika ekonomi sudah terasa dan dikhawatirkan akan terus memburuk. Sementara itu, pengamat ekonomi dan keuangan Indonesia rajin mengingatkan, otoritas ekonomi Indonesia pun telah menyatakan kewaspadaannya. Bagaimanapun, harus selalu diwaspadai bahwa AS kini tengah mengalami masalah besar, dimana ketidakseimbangan internal maupun eksternal terjadi dan terus berlanjut. Secara teoritis, seharusnya akan terjadi proses penyesuaian (adjustment) pada mata uangnya, serta pada imbal hasil surat utangnya. Namun, posisi AS diuntungkan oleh posisinya sebagai penyedia likuiditas global, sehingga ekonominya sejauh ini terkesan “normal” dan tetap bisa berutang pada dunia dengan biaya yang sangat murah. Sedangkan krisis di Yunani sejauh ini “ditanggung” oleh  Eurozone, khususnya oleh beberapa negara inti.
            Mengapa hal tersebut tidak mempengaruhi Negara Indonesia? Melihat komposisi ekspor impor Indonesia sekarang ini, memang pengaruh langsung krisis seandainya terjadi semakin parah di AS dan Eropa memang akan lebih kecil dibanding pada tahun 1997/ 1998 lalu. Namun jika dilihat arus keluar masuk uang dan modal, pengaruhnya justru bisa lebih besar. Dengan harapan, perimbangan serta penyesuaian arus uang dan modal dunia, termasuk memperhitungkan dana yang dimiliki Cina dan Negara-negara Timur Tengah yang kaya, krisis finansial tak terjadi lagi di Indonesia. Diperkuat oleh masih cukup besarnya cadangan devisa milik kita. Bagaimanapun, situasi dan kondisi yang berlangsung ini belum ada presidennya yang setara sehingga ada berbagai kemungkinan yang tak teramal. Pasar keuangan Indonesia memang terasa dampak negatif dari krisis AS dan Eropa seperti di pasar saham. Akan tetapi, banyak negara di dunia mengalami dampak yang lebih buruk dibanding Indonesia. Indonesia tetap menunjukan kinerja ekonomi yang kuat dan tidak terganggu signifikan terhadap krisis global, fundamental ekonomi makro di Indonesia yang positif merupakan penopang pertahanan utama dalam menghadapi gejolak pasar yang terus berlangsung. pasar saham di negara-negara berkembang seperti Indonesia diperkirakan akan tetap tumbuh kuat pada 2012. Hal ini, disebabkan pertumbuhan ekonomi di "emerging markets" lebih kuat dibanding dengan negara-negara maju seperti AS dan di Eropa. Akibatnya, dana-dana asing tetap akan memburu instrumen investasi di pasar emerging markets, khususnya kawasan Asia. peringkat investasi Indonesia saat ini belum naik menjadi investment grade (negara layak investasi), namun dana asing terus masuk ke dalam negeri meski kondisi ekonomi global tengah bergejolak. Banyak hal yang dilakukan Indonesia dalam mengantisipasi berbagai krisis yang terjadi, sehingga pada akhirnya Indonesia lolos dan dapat bertahan dari goncangan krisis. Pemerintah berusaha keras di antaranya dengan melakukan penghematan dan disiplin tinggi serta melakukan reformasi besar-besaran dalam memperbaiki kondisi perekonomian Negara.Bank Indonesia adalah tandem dari pemerintah melalui Menteri Keuangan untuk mengelola kebijakan ekonomi makro. Menteri keuangan menangani kebijakan fiskal, sedang bank sentral menangani kebijakan moneter. Selain itu, Bank Indonesia juga bertugas mengatur sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi perbankan
Di sisi lain, dampak krisis utang di Eropa membuat Indonesia lambat dalam melakukan pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan dan jembatan, ujar Doktor Ekonomi dari Universitas Paris, Sorbonne, Perancis. Untungnya Indonesia mempunyai sumber alam dan nilai ekspor Indonesia terus bertambah, sehingga neraca pembayaran Indonesia selalu mengalami suplus.Sementara itu, Bagi para pejuang ekonomi syariah perlu diingat bahwa kejatuhan sistem moneter dunia, bahkan kehancuran sistem kapitalis seandainya terjadi tidak serta merta membuat ekonomi Islam dapat tampil menjadi alternatif. Pertama, kejatuhan dan kehancuran itu akan berdampak buruk dahulu pada seluruh umat manusia, dan syukur-syukur jika tidak membuat kolaps perekonomian global. Kedua, ekonomi Islam perlu memberi bukti afirmatif yang lebih banyak dan kuat. Dari sisi optimis, memang krisis ini adalah peluang.  Wallahu’alam.