Perekonomian dunia saat ini sedang dihantui oleh krisis keuangan yang
melanda Eropa dan Amerika Serikat (AS). Beberapa Negara diantaranya dinilai
mengalami krisis berat, dan ada yang sudah sangat akut. Dampaknya krisis
keuangan pada keseluruhan dinamika ekonomi sudah terasa dan dikhawatirkan akan
terus memburuk. Sementara itu, pengamat ekonomi dan keuangan Indonesia rajin
mengingatkan, otoritas ekonomi Indonesia pun telah menyatakan kewaspadaannya. Bagaimanapun,
harus selalu diwaspadai bahwa AS kini tengah mengalami masalah besar, dimana
ketidakseimbangan internal maupun eksternal terjadi dan terus berlanjut. Secara
teoritis, seharusnya akan terjadi proses penyesuaian (adjustment) pada mata
uangnya, serta pada imbal hasil surat utangnya. Namun, posisi AS diuntungkan
oleh posisinya sebagai penyedia likuiditas global, sehingga ekonominya sejauh
ini terkesan “normal” dan tetap bisa berutang pada dunia dengan biaya yang
sangat murah. Sedangkan krisis di Yunani sejauh ini “ditanggung” oleh
Eurozone, khususnya oleh beberapa negara inti.
Mengapa hal tersebut tidak
mempengaruhi Negara Indonesia? Melihat komposisi ekspor impor Indonesia
sekarang ini, memang pengaruh langsung krisis seandainya terjadi semakin parah
di AS dan Eropa memang akan lebih kecil dibanding pada tahun 1997/ 1998 lalu.
Namun jika dilihat arus keluar masuk uang dan modal, pengaruhnya justru bisa
lebih besar. Dengan harapan, perimbangan serta penyesuaian arus uang dan modal
dunia, termasuk memperhitungkan dana yang dimiliki Cina dan Negara-negara Timur
Tengah yang kaya, krisis finansial tak terjadi lagi di Indonesia. Diperkuat
oleh masih cukup besarnya cadangan devisa milik kita. Bagaimanapun, situasi dan
kondisi yang berlangsung ini belum ada presidennya yang setara sehingga ada
berbagai kemungkinan yang tak teramal. Pasar keuangan
Indonesia memang terasa dampak negatif dari krisis AS dan Eropa seperti di
pasar saham. Akan tetapi, banyak negara di dunia mengalami dampak yang lebih
buruk dibanding Indonesia. Indonesia tetap menunjukan kinerja ekonomi yang kuat
dan tidak terganggu signifikan terhadap krisis global, fundamental ekonomi
makro di Indonesia yang positif merupakan penopang pertahanan utama dalam
menghadapi gejolak pasar yang terus berlangsung. pasar saham di negara-negara
berkembang seperti Indonesia diperkirakan akan tetap tumbuh kuat pada 2012. Hal
ini, disebabkan pertumbuhan ekonomi di "emerging markets" lebih kuat
dibanding dengan negara-negara maju seperti AS dan di Eropa. Akibatnya,
dana-dana asing tetap akan memburu instrumen investasi di pasar emerging markets,
khususnya kawasan Asia. peringkat investasi Indonesia saat ini belum naik
menjadi investment grade (negara layak investasi), namun dana asing terus masuk
ke dalam negeri meski kondisi ekonomi global tengah bergejolak. Banyak hal yang
dilakukan Indonesia dalam mengantisipasi berbagai krisis yang terjadi, sehingga
pada akhirnya Indonesia lolos dan dapat bertahan dari goncangan krisis. Pemerintah
berusaha keras di antaranya dengan melakukan penghematan dan disiplin tinggi
serta melakukan reformasi besar-besaran dalam memperbaiki kondisi perekonomian
Negara.Bank Indonesia adalah tandem dari pemerintah melalui Menteri Keuangan
untuk mengelola kebijakan ekonomi makro. Menteri keuangan menangani kebijakan
fiskal, sedang bank sentral menangani kebijakan moneter. Selain itu, Bank
Indonesia juga bertugas mengatur sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi
perbankan
Di sisi lain, dampak krisis utang di Eropa
membuat Indonesia lambat dalam melakukan pembangunan infrastruktur seperti jalan,
pelabuhan dan jembatan, ujar Doktor Ekonomi dari Universitas Paris, Sorbonne,
Perancis. Untungnya Indonesia mempunyai sumber alam dan nilai ekspor Indonesia
terus bertambah, sehingga neraca pembayaran Indonesia selalu mengalami suplus.Sementara
itu, Bagi para pejuang ekonomi syariah perlu diingat bahwa kejatuhan sistem
moneter dunia, bahkan kehancuran sistem kapitalis seandainya terjadi tidak
serta merta membuat ekonomi Islam dapat tampil menjadi alternatif. Pertama,
kejatuhan dan kehancuran itu akan berdampak buruk dahulu pada seluruh umat
manusia, dan syukur-syukur jika tidak membuat kolaps perekonomian global.
Kedua, ekonomi Islam perlu memberi bukti afirmatif yang lebih banyak dan kuat.
Dari sisi optimis, memang krisis ini adalah peluang. Wallahu’alam.